Selasa, 26 Juli 2011

you can if you think you can

Hidup pada akhirnya memang selalu penuh dengan tikungan. Ada kalanya kita berada pada parade keberhasilan yang membuat kita mabuk dalam ekstase keriangan. Ada pula saat ketika kita terpeleset, terpelanting dan terpuruk dalam segores duka. Toh dalam lingkaran jatuh dan bangun itu, hidup harus terus dijalankan. Kita terus berproses dan bertumbuh “menjadi manusia”. Becoming a true person, demikian Erich Fromm pernah berujar dalam risalahnya yang terkenal itu,On Being Human.

Namun mungkin ada kalanya kita perlu berhenti sejenak, mengambil rehat, dan melakukan kontemplasi. Sekarang tataplah screen (layar) laptop atau komputer Anda. Lihatlah screen yang ada di depan Anda ini sebagai sebuah cermin…..lalu bayangkanlah, kira-kira lima tahun dari sekarang, potret apa yang tergambar dalam layar di depan Anda ini.

Apakah yang tergambar dalam bayangan itu adalah figur Anda sebagai seorang saudagar sukses dengan omzet bisnis ratusan juta per bulan, dengan sebuah apartemen indah di Dharmawangsa Residence? Atau yang muncul adalah gambaran Anda sebagai seorang manajer sukses bergaji 30 juta perbulan, dengan sebuah SUV nongkrong di garasi rumah? Atau yang justru tergambar di layar adalah gambaran Anda sebagai seorang guru mengaji di sebuah surau kecil di kampung halaman Anda, nun jauh disana, di sebuah kampung dimana segenap ambisi materi dan duniawi menjadi lenyap, karena disitu yang ada hanyalah “keheningan, kedamaian dan kebersahajaan”?

Saya tak tahu. Sungguh saya tak tahu apa yang dalam imajinasi Anda tentang masa depan hidup yang ingin Anda ukir. Namun apapun pilihan hidup masa depan Anda, barangkali tetap tersisa satu hal yang layak dicatat : pilihan itu sebaiknyalah didasari oleh passion Anda. Ya, passion. Atau gairah yang membuncah. Atau rajutan tekad yang menghujam di hati.

Life is too short my friends, and you know what, setelah itu kita semua akan mati. Sebab itu, mungkin yang tersisa adalah sejumput kesia-sian jika sepanjang hidup, kita hanya melakoni pekerjaan yang full of bullshit. Dan bukan menekuni pekerjaan yang menjadi passion kita, tempat dimana kita bisa mereguk secangkir kebahagiaan sejati…… Tempat dimana kita selalu tak sabar menunggu hari esok tiba – karena setiap hari selalu dihiasi oleh “the beauty of meaningful work and life”. Jadi adakah hidup dan pekerjaan yang Anda lakoni sekarang sudah benar-benar menjadi passion Anda? Adakah Anda telah menemukan secercah embun kebahagiaan dalam segenap hidup dan pekerjaan Anda?

Lalu, setelah passion, barangkali ada dua elemen kunci yang juga layak di-stabilo : persistensi dan determinasi. Kalaulah Anda sudah menemukan tujuan hidup dan pekerjaan yang menjadi passion Anda, maka kejarlah impian Anda dengan persisten : dengan kegigihan, dengan keuletan dan dengan ketekunan. Kita tahu, banyak orang membentur kisah kegagalan bukan karena mereka bodoh atau tak punya bakat. Bukan itu. Mereka gagal karena menyerah di tengah jalan. Quit. Berhenti dan tak mau meneruskan lagi upayanya dengan gigih.

Kita semua pasti pernah mengalami kegagalan. Namun bukan berarti ini mesti membuat kita berhenti dan menyerah kalah. Orang bijak belajar dari kesalahan dan kegagalan yang mereka lakukan, dan kemudian berproses untuk kembali menemukan jalur pencapaian tujuan hidup mereka. Ditengah tantangan yang terus mengerang dan jalan kehidupan yang terjal penuh tikungan, mereka terus menderapkan kaki : sebab mereka percaya pada akhirnya, cahaya keberhasilan itu pelan-pelan bisa dinyalakan. Mereka terus berjuang dengan persisten. Dengan penuh passion. “And we’ll keep on fighting till the end……”, begitu paman Freddy “Queen” Mercury pernah berdendang.

Setelah passion dan persistensi, maka elemen terakhir yang juga harus dipeluk erat adalah ini : determinasi. Atau komitmen yang menggumpal. Atau dedikasi yang terus mengalir. Atau selalu fokus pada satu tujuan akhir yang jelas. Orang yang punya determinasi selalu percaya bahwa they create their own destiny (tentu dengan restu dari Yang Diatas). Mereka selalu percaya bahwa merekalah yang paling bertanggungjawab untuk merajut masa depan dan nasib hidup mereka sendiri. Bukan orang lain.

Orang yang memiliki determinasi karenanya, tak pernah mau menyalahkan orang atau pihak lain manakala dihadang oleh segumpal tantangan hidup. Mereka lebih suka selalu menelisik akar masalah dan lalu mencoba mengukir solusi untuk menghadapi tantangan yang menghadang. Mereka juga enggan mengeluh ketika dihantam oleh berderet problem kehidupan dan beban pekerjaan yang kian menggurita. Sebab mereka percaya, mengeluh hanyalah layak untuk para pecundang. Dan sungguh, mereka tak pernah mau disebut sebagai para pecundang.

Itulah tiga elemen – yakni passion, persistensi dan determinasi – yang mungkin mesti kita dekap dengan penuh kesungguhan kala kita ingin merengkuh jejak kebahagiaan dalam sejarah hidup kita yang amat pendek ini. Yang pertama, temukan passion, kegairahan sejati dalam jejak hidup yang ingin Anda tapaki. Lalu, bergeraklah, bergeraklah dengan penuh persistensi. Dengan spirit kegigihan yang terus berpendar. Kemudian jalani itu semua dengan nyala determinasi yang menggumpal.

Selamat berjuang, kawan !! Selamat berjuang merengkuh kebahagian hakiki dalam hidup dan pekerjaan Anda. Salam, doa dan peluk hangat dari saya

4 investasi yg tepat untuk saat ini

Meracik persiapan guna menata masa depan yang sejahtera barangkali merupakan lelakon yang kudu disuntuki. Kelak kita pasti akan berkeluarga. Dan kelak anak-anak kita pasti juga akan membutuhkan biaya hidup dan biaya pendidikan yang tidak sedikit. Tanpa persiapan finansial yang solid, kita mungkin bisa mencederai amanah untuk membimbing anak-anak kita dalam menata kehidupannya.

Nah, salah satu persiapan yang bisa diracik adalah melakukan kegiatan investasi secara pas. Tentu saja syaratnya adalah : kita mempunyai tabungan yang memadai untuk di-investasikan. Kalau tidak ada sisa tabungan, atau malahan setiap bulan tekor, yah lalu apa dong yang mau di-investasikan? Cuma sekeping ilusi?

Oke, semangat. Saya yakin Anda semua pasti punya tabungan yang cukup memadai untuk di-investasikan. Kalau begitu, berikut empat alternatif pilihan investasi yang layak dipertimbangkan.

Pilihan investasi 1 : Waralaba. Salah satu pilihan investasi yang rancak adalah menggunakan tabungan Anda sebagai modal untuk memulai usaha/bisnis. Jika kita sibuk bekerja dan ndak punya banyak waktu, maka pilihan yang oke adalah dengan memulai usaha melalui waralaba (franchise).

Usaha melalui waralaba merupakan pilihan yang relatif aman sebab biasanya sudah menyediakan sistem dan proses bisnis yang baku; juga pilihan produk yang sudah jelas. Dengan demikian proses untuk menjalankannya tidak akan serumit jika misalnya kita memulai bisnis sendiri dari nol.

Kini banyak peluang waralaba dengan modal yang relatif terjangkau. Hanya dengan modal investasi sekitar 10 sd 25 jutaan, kita sudah bisa memulai usaha baru. Tawaran produknya beragam : mulai dari usaha rumah makan, minuman ringan, jasa pendidikan hingga spa and salon. Kalau kita pas memilih produk, dan lokasi usaha juga strategis, potensi keuntungannya lumayan mak nyus.

Pilihan investasi 2 : Properti. Bayangkan impian yang rasanya gurih ini : andaikan kita punya lima ruko, semuanya di lokasi yang pas, dan kita sewakan masing-masing dengan nilai Rp 5 juta/bulan; maka setiap bulan kita bisa punya passive income sebesar Rp 25 juta tunai.

Pertanyaannya : dari mana kita memiliki lima ruko itu? Dari langit? Iya ndak dong. Pasti dari usaha yang tekun, dimulai dengan ruko pertama. Kalau sudah ada hasil, belikan yang kedua, ada hasil, lalu belikan ruko yang ketiga, dan seterusnya hingga kita memiliki “peternakan ruko” (masak kita bisanya cuma kaget kok ruko ada dimana-mana yak…kayak laron aja. Sekale-kale boleh dong punya tekad menjadi “juragan ruko”).

Cara untuk memulai membeli ruko yang pertama simpel : ambil kredit KPR dari bank untuk membeli ruko, dan kemudian ruko itu segera kita sewakan. Nah uang hasil sewanya ini langsung kita setor untuk melunasi kredit setiap bulannya. Selesai dah. Dalam lima tahun ruko itu bisa lunas kreditnya, dan resmi jadi milik kita, tanpa kita mesti terlalu banyak keluar dana investasi.

Pilihan investasi 3 : Reksadana. Dalam investasi ini intinya kita membeli sekumpulan saham yang bagus melalui jasa fund manager yang profesional. Kita menginvestasikan dana (minimal 5 juta) untuk disetor kepada para pengelola reksadana (fund manager). Lalu oleh mereka, dana itu dibelikan aneka saham yang bagus (misal saham Bank BRI, saham Astra, dll), dengan harapan harga saham itu terus naik secara konstan.

Untuk kasus Indonesia, investasi melalui reksadana ini merupakan salah satu pilihan yang cukup jos markojos. Banyak produk reksadana yang mampu memberikan imbalan 4 kali lipat dalam lima tahun terakhir. Ke depan proses ekonomi Indonesia insya Allah bagus. Dan melakukan investasi reksadana adalah salah satu cara agar kita mampu ikut menikmati kemajuan ekonomi dan bisnis di tanah air.

Pilihan investasi yang terakhir : agak jadul tapi mak nyus juga. Yakni investasi logam mulia emas. Tak pelak dalam lima tahun terkahir, logam emas telah menjadi primadona investasi. Sebabnya sederhana : ekonomi dunia terus gonjang ganjing, dan dollar Amerika makin babak belur lantaran ekonomi mereka yang kian tertatih-tatih.

Dalam situasi semacam ini, emas selalu menjadi pelabuhan terakhir untuk bersandar. Itulah kenapa harga emas terus tancap gas pol dalam tiga tahun terakhir.

Namun bukan hanya itu. Harga emas selalu akan naik, diatas laju inflasi. Nilai emas dengan demikian tidak akan pernah turun. Dengan kata lain, investasi emas merupakan salah satu investasi yang paling aman dan menentramkan (jika Anda memang berminat untuk melakukan investasi melalui logam mulia emas, silakan klik informasinya DISINI).

Itulah 4 pilihan jenis investasi yang layak dipertimbangkan. Mau jadi raja waralaba? Monggo. Mau jadi peternak ruko? Silakan. Mau mencicipi gurihnya reksadana? Boleh juga. Atau kalau mau aman tentram dengan investasi emas, ya ndak apa-apa.

Yang penting, Anda semua bisa melakukan investasi demi masa depan yang lebih sejahtera.Untuk kehidupan yang gemah ripah loh jinawi.

from zero to hero

Chairul Tanjung, pebisnis top yang kerajaan bisnisnya membentang mulai dari TransTV, Para Group hingga Bank Mega mungkin merupakan salah satu pengusaha asli tanah air yang layak di-stabilo. Ia punya visi ingin membangun bisnisnya masuk dalam jajaran Fortune 500 (daftar 500 perusaahan terbesar di dunia berdasar revenue). Sebuah impian yang mak nyus dan amat dibutuhkan untuk membawa dunia bisnis Indonesia masuk dalam jajaran global.

Padahal dulu ia hanyalah salesman alat-alat kesehatan. Padahal dulu ia hanya anak muda ingusan yang berjibaku masuk dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya untuk berjualan. “You are what you believe,” begitu ia pernah berbisik. “Dan saya percaya suatu saat saya akan bisa menjadi a great entrepreneur”, ia melanjutkan bisikannya.

Kini kita memang melihat kang Chairul sebagai pebisnis tangguh nan cemerlang. Dalam waktu singkat, ia menjadikan TransTV sebagai salah satu televisi unggul di tanah air. Ia lalu membeli TV7 (kini Trans7), dan segera menyulapnya : lalu bergulirlah program-program yang disukai masyarakat seperti Opera Van Java dan Bocah Petualang.

Lalu ia layak mendapat keplokan ketika memutuskan untuk mengakuisisi kepemilikan saham Carrefour, retail raksasa dari Perancis. Sebuah langkah win-win. Dengan itu, Carrefour bisa menepis isu penjajahan retail asing (sebab sekarang sudah dimiliki pengusaha pribumi). Pada sisi lain, CT (begitu kang Chairul Tanjung biasa disapa oleh para sekondan-nya) bisa memanfaatkan jaringan retail itu untuk memperluas bisnisnya secara dramatis.

Aspirasi bisnis CT belum juga berhenti (ingat ia sangat ingin masuk jajaran elit Fortune 500). Begitulah, ia lalu mendirikan Trans Studio di Makassar yang sukses besar (dengan itu pula, Indonesia Timur punya ikon wisata yang layak dibanggakan). Menyusul kemudian Trans Studio Bandung yang mungkin juga akan sukses (tapi gila juga, antrinya bisa sampe 4 jam, pas liburan sekolah seperti sekarang ini !!).

Dan dua minggu lalu, ia akhirnya berhasil mewujudkan keinginan lama yang telah ia pendam begitu lama : mencaplok Detik.com – sebuah portal online legendaris yang begitu dominan dalam sejarah internet di tanah air.

Akuisisi itu nilainya konon mencapai ratusan milyar (maka dua pendiri utama Detik.com mendadak menjadi milyuner — itulah enaknya menjadi pemilik bisnis). Apapun, proses akusisi ini layak dipandang sebagai langkah cerdik CT untuk menguasai jagat online tanah air.

Detik.com bagaimanapun hingga hari ini masih tetap menjadi dewa dalam dunia informasi online tanah air. Memang serbuan Kompas.com dan Vivanews (yang agresif beriklan di Facebook) pelan-pelan bisa menggoyang kejayaan Detik.com. Ini juga yang mulai terjadi – Kompas.com dan Vivanews kian meningkat trafik pengunjungnya.

Itulah kenapa Detik.com mungkin perlu suntikan kreativitas yang segar untuk mencegat laju para pesaingnya yang terus berinovasi. CT dengan visi dan sumber daya yang melimpah mungkin bisa segera membawa Detik.com terbang melesat.

Pada sisi lain, akuisisi Detik.com memang membuat CT bisa dengan mudah menguasai jagat online dibanding ia harus membangun brand sendiri dari nol. Barangkali ia akan tertatih-tatih seperti upaya bos RCTI yang membangun portal online bertajuk Okezone.com.

Ke depan, Detik.com mungkin bisa menjadi kuda troya bagi CT untuk benar-benar menguasai panggung online tanah air (ingat, pengguna internet Indonesia akan mencapai 100 juta pada tahun 2020).

Ia tetap bisa mempertahankan gaya khas Detik.com yang selama ini sudah ada. Namun ia kemudian bisa melakukan kolaborasi dan sinergi antara Detik.com dengan TransTV, atau antara Detik.com dengan Trans Studio-nya. Atau antara Detik.com dengan Carrefour untuk membangun online retailer raksasa seperti kisah sukses Amazon.com (web online ini akan segera menjadi retailer terbesar di dunia, mengalahkan sang raja Walmart).

Dengan segala sepak terjangnya, CT merupakan figur bisnis yang menarik. Ia anak asli Indonesia, dan menjadi besar tanpa dukungan nama besar orang tua. Ia juga punya impian besar untuk membangun kerajaan bisnis yang menyediakan ribuan tenaga kerja.

Kang Chairul, you rock.